Badai tornado yang menghancurkan Guangzhou, sebuah kota besar di selatan China, meninggalkan jejak kehancuran, menewaskan setidaknya lima orang, dan melukai 33 lainnya. Kota ini, yang dikenal dengan sektor manufaktur dan teknologinya, sudah berjuang menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh curah hujan yang tinggi, yang merupakan yang tertinggi untuk bulan April sejak tahun 1951, ketika tornado melanda pada hari Sabtu. Peristiwa cuaca ekstrem ini telah menguji ketahanan kota, karena kota ini tidak hanya berjuang melawan dampak langsung dari tornado tetapi juga ancaman banjir yang terus berlanjut dan hujan tambahan yang diprediksi dalam beberapa hari mendatang.
Tornado melanda distrik Baiyun di Guangzhou, menyebabkan kerusakan luas pada infrastruktur, termasuk menara transmisi dan saluran listrik, serta mengirimkan puing-puing berputar di udara. Luasnya kerusakan pada pabrik dan bangunan lain di metropolis ini masih dalam proses penilaian, tetapi foto udara telah mengungkapkan kerusakan signifikan di beberapa bagian kota. Bencana ini terjadi hanya seminggu setelah hujan lebat dan banjir menewaskan setidaknya empat orang di provinsi Guangdong, menyoroti tantangan cuaca ekstrem yang dihadapi oleh wilayah tersebut.
Media negara China dan otoritas lokal cepat tanggap, dengan upaya untuk menilai dampak penuh dari tornado dan mendukung mereka yang terkena dampak. Masyarakat telah diingatkan untuk tetap waspada terhadap potensi angin kencang dan hujan lebat dalam beberapa hari ke depan, karena kota bersiap menghadapi kondisi cuaca konvektif yang lebih. Tragedi ini…
Baca lebih lajutJadilah yang pertama membalas diskusi umum ini.